KATA
PENGANTAR
Dengan
memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat-Nya jualah
makalah Ilmu Sosial Politik dengan judul “Sanitasi Rumah Sakit” dapat
selesai dengan tepat waktu.
Diharapkan
makalah ini dapat memberi dan menambah ilmu pengetahuan mahasiswa/i Stikes Muhammadiyah
Banjarmasin pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Kami
mengharapkan keritik dan saran serta masukkan dari pembaca dan dari berbagai
pihak guna penyempurnaan makalah, agar makalah ini dapat lebih bermanfaat untuk
mahasiswa/i Stikes Muhammadiyah Banjarmasin pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
Pada
kesempatan ini pula kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
-
Bapak Hardiono,
SKM.,M.Kes yang telah memberikan
nasehat serta bimbingannya
-
Teman-teman yang
telah membantu dan menyelesaikan makalah ini
-
Semua pihak yang
telah memberikan dorongan dan motivasi kepada kami
Banjarmasin, 03 Oktober 2012
Kelompok
7
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah
Sakit merupakan tempat umum yang mempunyai bagian-bagian yang dapat menjadi
tempat berkembang biaknya vektor. Mengingat rumah sakit sebagai salah satu
sarana pelayanan kesehatan dan merupakan tempat berkumpulnya orang- orang sakit
dan orang-orang sehat maka lingkungan rumah sakit harus bebas vektor agar tidak
terjadi kontak antara manusia dengan vektor atau makanan dengan vektor
supaya penyakit infeksi Nosokomial yang ditularkan melalui vektor dapat ditekan
serendah mungkin dan tidak terjangkit penyakit lain yang disebarkan oleh
vektor.
Untuk
menghindari kontak antara manusia /pasien di rumah sakit dengan vektor dan
mencegah timbulnya penyebaran penyakit, sangat diperlukan pengendalian vektor
di rumah sakit. Agar kegiatan tersebut dapat dilaksanakan maka diperlukan
pedoman pengendalian vektor di Rumah Sakit.
Ditinjau
dari nilai estetika, keberadaan vektor akan menggambarkan lingkungan yang tidak
terawat, kotor, kumuh, lembab, kurang pencahayaan serta adanya indikasi
penatalaksanaan /manajemen kebersihan lingkungan Rumah sakit yang kurang baik.
Mengingat
besarnya dampak negatif akibat keberadaan vektor di Rumah Sakit, maka Rumah
Sakit harus terbatas dari hewan ini.
Sebagai
langkah dalam upaya mencegah kemungkinan timbulnya penyebaran penyakit serta untuk
mencegah timbulnya kerugian sosial dan ekonomi yang tidak diharapkan, maka
perlu disusun pedoman teknis pengendalian vektor di Rumah
Sakit.
Dalam
pelaksanaannya sanitasi RS seringkali ditafsirkan secara sempit, yakni hanya
aspek kerumahtanggaan (housekeeping) seperti kebersihan gedung, kamar mandi dan
WC, pelayanan makanan minuman. Ada juga kalangan yang menganggap bahwa sanitasi
RS hanyalah merupakan upaya pemborosan dan tidak berkaitan langsung dengan
pelayanan kesehatan di RS. Sehingga seringkali dengan dalih kurangnya dana
pembangunan dan pemeliharaan, ada RS yang tidak memiliki sarana pemeliharaan
sanitasi, bahkan cenderung mengabaikan masalah sanitasi. Mereka lebih
mengutamakan kelengkapan alat-alat kedokteran dan ketenagaan yang spesialistik.
Di lain pihak dengan masuknya modal asing dan swasta dalam bidang
perumahsakitan kini banyak RS berlomba-lomba untuk menampilkan citranya melalui
kementerengan gedung, kecanggihan peralatan kedokteran serta tenaga dokter
spesialis yang qualified, tetapi kurang memperhatikan aspek sanitasi. Sebagai
contoh, banyak RS besar yang tidak memiliki fasilitas pengolahan air limbah dan
sarana pembakar sampah (incinerator) serta fasilitas cuci tangannya tidak
memadai atau sistem pembuangan sampahnya tidak saniter. Apabila hal ini
dibiarkan berlarut-larut akan dapat membahayakan masyarakat, baik berupa
terjadinya infeksi silang di RS maupun pengaruh buruk terhadap lingkungan dan
masyarakat luas. Dari berbagai penelitian diketahui bahwa kejadian infeksi di
RS ada hubungannya dengan kondisi RS yang tidak saniter. Untuk itu apabila RS
akan menjadi lembaga swadana, aspek sanitasi perlu diperhatikan. Karena di
samping dapat mencegah terjadinya pengaruh buruk terhadap lingkungan, juga
secara ekonomis dapat menguntungkan. Sungguh ironis bila RS sebagai tempat
penyembuhan, justru menjadi sumber penularan penyakit dan pencemar lingkungan.
B. Rumusan Masalah
Yang menjadi masalah dalam makalah ini
adalah :
1. Apa
pengertian sanitasi rumah sakit ?
2. Apa
pengaruh sanitasi rumah sakit terhadap lingkungan ?
3. Dampak
Pengaruh Limbah Rumah sakit Terhadap Lingkungan dan Kesehatan?
4. Bagaimana Pengelolaan
Limbah Medis Pada Sarana Pelayanan Kesehatan?
C.
Tujuan
Adapun tujuan penulisan
makalah ini adalah :
1.
Menjelaskan
pengertian sanitasi rumah sakit.
2.
Menjelaskan
pengaruh sanitasi rumah sakit terhadap lingkungan.
3.
Menjelaskan Dampak
Pengaruh Limbah Rumah sakit Terhadap Lingkungan dan Kesehatan?
4.
Menjelaskan Bagaimana Pengelolaan Limbah Medis
Pada Sarana Pelayanan Kesehatan?
D. Metode Penulisan
Makalah ini disusun dengan menggunakan
metode pustaka dan internet.
E.
Kegunaan
Hasil makalah
ini diharapkan dapat berguna dan menambah wawasan bagi pembaca STIKES
Muhammadiyah Banjarmasin khususnya dan masyarakat pada umumnya.
F. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dalam tiga bab. Bab I
Pendahuluan yang berisi; latar belakang, tujuan, metode, kegunaan dan
sistematika. Bab II Pembahasan yang menguraikan hal-hal yang menjadi
permasalahan. Bab III Penutup yang berisi; kesimpulan dan saran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sanitasi Rumah Sakit
Sanitasi, menurut kamus
bahasa Indonesia diartikan sebagai 'pemelihara kesehatan'. Menurut WHO,
sanitasi lingkungan (environmental sanitation) adalah upaya pengendalian semua
faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan
hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup
manusia.
Dalam lingkup Rumah Sakit (RS),
sanitasi berarti upaya pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi dan
biologik di RS yang menimbulkan atau mungkin dapat mengakibatkan pengaruh buruk
terhadap kesehatan petugas, penderita, pengunjung maupun bagi masyarakat di
sekitar RS. Dari pengertian di atas maka sanitasi RS merupakan upaya dan bagian
yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan di RS dalam memberikan
layanan dan asuhan pasien yang sebaik-baiknya, karena tujuan dari sanitasi RS
tersebut adalah menciptakan kondisi lingkungan RS agar tetap bersih, nyaman,
dan dapat mencegah terjadinya infeksi silang serta tidak mencemari lingkungan.
B. Pengaruh Limbah Rumah sakit Terhadap Lingkungan dan
Kesehatan
Limbah yang dihasilkan oleh kegiatan
sarana pelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit, bila tidak ditangani dengan
benar akan dapat mencemari lingkungan. Berbagai upaya penting dilakukan,
sehingga pengelolaan limbah rumah sakit dapat dilakukan optimal, sehingga
masyarakat dapat terlindungi dari bahaya pencemaran lingkungan dan penyakit
menular yang bersumber dari limbah rumah sakit.
Karakteristik utama limbah rumah sakit
adalah adanya limbah medis (karena selain limbah medis, rumah sakit juga
menghasilkan limbah domestik, bahkan limbah radio aktif). Limbah non-medis
adalah limbah yang dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit di luar medis yang
berasal dari dapur, perkantoran, taman, dan halaman dan lainnya. Limbah medis
adalah limbah yang berasal dari kegiatan pelayanan medis. Berbagai jenis limbah
medis yang dihasilkan dari rumah sakit dan unit pelayanan medis lainnya dapat
membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehatan terutama pada saat pengumpulan,
penampungan, penanganan, pengangkutan dan pembuangan serta pemusnahan.
Menurut WHO, beberapa jenis limbah
rumah sakit dapat membawa risiko yang lebih besar terhadap kesehatan, yaitu
limbah infeksius (15% s/d 25%) dari jumlah limbah rumah sakit. Diantara
limbah¬limbah ini adalah limbah benda tajam (1%), limbah bagian tubuh (1%),
limbah obat-obatan dan kimiawi (3%), limbah radioaktif dan racun atau
termometer rusak (< 1%).
Pada dasarnya limbah rumah sakit
adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan
penunjang lainnya. Limbah rumah sakit dapat berbentuk padat, cair, dan gas yang
dihasilkan dari kegiatan diagnosis pasien, pencegahan penyakit, perawatan,
penelitian, imunisasi terhadap manusia dan laboratorium yang mana dapat
dibedakan antara limbah medis maupun non medis yang merupakan sumber bahaya
bagi kesehatan manusia maupun penyebaran penyakit dilingkungan masyarakat
Limbah rumah sakit adalah semua
limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis
dan non-medis Limbah medis adalah limbah yang terdiri dari limbah infeksius,
limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah
kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan
kandungan logam beratyangtinggi.
Beberapa pengaruh yang ditimbulkan
oleh keberadaan limbah rumah sakit, khususnya terhadap penurunan kualitas
lingkungan dan terhadap kesehatan antara lain, terhadap gangguan kenyamanan dan
estetika, terutama disebabkan karena warna yang berasal dari sedimen, larutan,
bau phenol, bau feses, urin dan muntahan yang tidak ditempatkan dengan baik dan
rasa dari bahan kimia organik. Penampilan rumah sakit dapat memberikan efek
psikologis bagi pemakai jasa, karena adanya kesan kurang baik akibat limbah
yang tidak ditangani dengan baik.
C.
Pengelolaan
Limbah Medis Pada Sarana Pelayanan Kesehatan
|
Limbah
medis rumah sakit juga dapat menyebabkan kerusakan harta benda. Dapat
disebabkan oleh garam-garam terlarut (korosif, karat), air yang berlumpur dapat
menurunkan kualitas bangunan di sekitar rumah sakit. Selain itu limbah rumah
sakit menyebabkan gangguan atau kerusakan tanaman dan binatang. Hal ini
terutama karena senyawa nitrat (asam, basa dan garam kuat), bahan kimia, desinfektan,
logam nutrient tertentu dan fosfor.
Terhadap
gangguan kesehatan manusia, limbah medis rumah sakit terutama karena berbagai
jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, desinfektan, serta logam seperti
Hg, Pb, Chrom dan Cd yang berasal dari bagian kedokteran gigi. Gangguan
kesehatan dapat dikelompokkan menjadi gangguan langsung adalah efek yang
disebabkan karena kontak langsung dengan limbah tersebut, misalnya limbah
klinis beracun, limbah yang dapat melukai tubuh dan limbah yang mengandung kuman
pathogen sehingga dapat menimbulkan penyakit dan gangguan tidak langsung dapat
dirasakan oleh masyarakat, baik yang tinggal di sekitar rumah sakit maupun
masyarakat yang sering melewati sumber limbah medis diakibatkan oleh proses
pembusukan, pembakarandanpembuanganlimbahtersebut.
Limbah
medis rumah sakit juga dapat menyebabkan gangguan genetik dan reproduksi.
Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti, namun
beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik dan system
reproduksi manusia, misalnya pestisida (untuk pemberantasan lalat, nyamuk,
kecoa, tikus dan serangga atau binatang pengganggulain)danbahanradioaktif.
Limbah
medis rumah sakit juga dapat menyebabkan infeksi silang. Limbah medis dapat
menjadi wahana penyebaran mikroorganisme pembawa penyakit melalui proses
infeksi silang baik dari pasien ke pasien, dari pasien ke petugas atau dari
petugas ke pasien. Pada lingkungan, adanya kemungkinan terlepasnya limbah ke
lapisan air tanah, air permukaan dan adanya pencemaran udara, menyebabkan
pencemaran lingkungan karena limbah rumah sakit.
Secara
ekonomis, dari beberapa kerugian di atas pada akhirnya menuju kerugian
ekonomis, baik terhadap pembiayaan operasional dan pemeliharaan, adanya
penurunan cakupan pasien dan juga kebutuhan biaya kompensasi pencemaran
lingkungan. Orang yang kesehatannya terganggu karena pencemaran l ingkungan
apalagi sampai cacat atau meninggal, memerlukan biaya pengobatan dan petugas
kesehatan yang berarti beban sosial ekonomi penderitanya, keluarganya dan
masyarakat.
1.
inspeksi
Salah satu cara
untuk mengetahui tingkat pentaatan suatu sarana pelayanan kesehatan adalah
dengan melakukan pengawasan dan pemantauan (inspeksi). Pengawasan dan
pemantauan ini merupakan suatu kegiatan pengawasan agar pengelola sarana
pelayanan kesehatan mentaati semua ketentuan perundangan lingkungan hidup dan
kesehatan dan persyaratan (baku mutu, ambang batas)limbah. Oleh karena itu
kegiatan pengawasan dan pemantauan yang rutin dan terprogram harus dilakukan
secara terpadu dan ditindaklanjuti dengan langkah kongkrit yaitu memberikan
pujian (apresiasi) bagi yang taat dan memberikan sangki bagi yang melanggar.
Sehingga pengelola sarana pelayanan kesehatan dapat meningkatkan kemauan dan
kemampuan untuk melaksanakan semua ketentuan yang berlaku.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sanitasi
RS merupakan upaya dan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan di RS dalam memberikan layanan dan asuhan pasien yang sebaik-baiknya,
karena tujuan dari sanitasi RS tersebut adalah menciptakan kondisi lingkungan
RS agar tetap bersih, nyaman, dan dapat mencegah terjadinya infeksi silang
serta tidak mencemari lingkungan.
B. Saran
Mari
kita memulai menjaga kebersihan di lingkungan Rumah Sakit dan lingkungan
sekitar dengan menerapkan pola hidup sehat dan bersih.